Orang tua yang mana pun tidak menghendaki putera-puterinya dihinggapi penyakit gagap atau sulit bicara dengan benar. Dikatakan penyakit karena gangguan tersebut bukan insidentil sifatnya, tetapi merupakan kelainan psikis yang memerlukan pengobatan serta terapi seorang dokter ilmu jiwa.
Gejala gagap ini lain dengan reaksi insidentil karena terkejut atau gugup sebab-sebab hal lain pengaruh dari luar.
Kasus gagap menurut para ahli dianggap memiliki kisah pendahuluan yang kompleks. Banyak alas an yang menyebabkan timbulnya “konsluting” dalam otak yang diliputi rasa takut, tingkat perilaku belajar yang buruk, dan kombinasi banyak hal.
Secara medis penderita gagap selalu menggunakan otot pangkal tenggorokan lebih sering dibanding dengan manusia normal.
Menurut Prof. Frances J, Freeman dari Nortwestern Universitas di Evanston Illinois dalam pertemuan ilmiah di San Francisco, di katakan bahwa otot pangkal tenggorokaaan pada penggagap 3 sampai 10 kali lebih tegang dibandingkan orang yang bicaranya normal.
Dalam terapinya Prof. Frances menganjurkan agar penderitanya belajar membiasakan bernafas panjang dengan lega. Terapi tersebut meliputi kombinasi latihan bernafas, santai dan membentuk suara. Sejak lama sudah diketahui bahwa dalam keadaan tertentu, penggagap bisa bicara normal. Terutama dalam hal-hal seperti menyanyi, berbisik, berbicara dengan ritme tertentu, atau membacakan sesuatu tek tertulis pada orang lain.
Metode lain, biasakan harus bicara dalam suasana yang bising. Untuk itulah Prof. Frances Freeman menyarankan agar penderita gagap berlatih ditempat irama-irama bising seperti rock, underground dan sejenisnya. Situasi semacam itu mendorong si penderita untuk mengembangkan kelancaran bicara karena dua faktor tersebut. Yaitu faktor ritme dan faktor suara-suara bising.
Yang dimaksudkan faktor ritme disini, sudah tentu suatu bentuk bunyi sebagai tuntutan yang teratur. Terapi tersebut telah lama dilakukan di Amerika Serikat banyak menolong dan berhasil dilakukan.
Gejala gagap ini lain dengan reaksi insidentil karena terkejut atau gugup sebab-sebab hal lain pengaruh dari luar.
Kasus gagap menurut para ahli dianggap memiliki kisah pendahuluan yang kompleks. Banyak alas an yang menyebabkan timbulnya “konsluting” dalam otak yang diliputi rasa takut, tingkat perilaku belajar yang buruk, dan kombinasi banyak hal.
Secara medis penderita gagap selalu menggunakan otot pangkal tenggorokan lebih sering dibanding dengan manusia normal.
Menurut Prof. Frances J, Freeman dari Nortwestern Universitas di Evanston Illinois dalam pertemuan ilmiah di San Francisco, di katakan bahwa otot pangkal tenggorokaaan pada penggagap 3 sampai 10 kali lebih tegang dibandingkan orang yang bicaranya normal.
Dalam terapinya Prof. Frances menganjurkan agar penderitanya belajar membiasakan bernafas panjang dengan lega. Terapi tersebut meliputi kombinasi latihan bernafas, santai dan membentuk suara. Sejak lama sudah diketahui bahwa dalam keadaan tertentu, penggagap bisa bicara normal. Terutama dalam hal-hal seperti menyanyi, berbisik, berbicara dengan ritme tertentu, atau membacakan sesuatu tek tertulis pada orang lain.
Metode lain, biasakan harus bicara dalam suasana yang bising. Untuk itulah Prof. Frances Freeman menyarankan agar penderita gagap berlatih ditempat irama-irama bising seperti rock, underground dan sejenisnya. Situasi semacam itu mendorong si penderita untuk mengembangkan kelancaran bicara karena dua faktor tersebut. Yaitu faktor ritme dan faktor suara-suara bising.
Yang dimaksudkan faktor ritme disini, sudah tentu suatu bentuk bunyi sebagai tuntutan yang teratur. Terapi tersebut telah lama dilakukan di Amerika Serikat banyak menolong dan berhasil dilakukan.
No comments:
Post a Comment