Wednesday 5 March 2014

Menerima ketentuan Illahi


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اْلحَمْدُ للهِ الَّذِ ى جَعَلَ اْلحَيَاةَ وَاْ لمَوْةَ لِيَبْلُوْ كُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً, وَجَعَلَ مِنْ صِفَا تِ اْ لمُؤْمِنِيْنَ صَبْرًا,وَحَثَّّهُمْ عَلَيْهِ فِى مُحْكَمِ الذِّ كْرِمُبِيْنًا أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً اعَبْدُ هُ وَرَسُوْلُهُ اَلّلهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى ا لِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ (أَمَّا بَعَدُ) فَيَا أَيُهُّا اْلمُسْلِمُوْ نَ رَحِمَكُمُ الله ُ. أوُ صِيْكُمْ وَاِيَّاى بِتَقْوىَ اللهِ فَقَدْ فَازَاْ لمُتَّقُوْنَ قَالَ الله ُ تَعاَ لى فِى كِتَا بِهِ اْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ اْلقَائِلِيْنَ أَعُوْ ذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ اَ لرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم وَمَنْ يَتَوَ كَّلْ عَلىَ اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ اِنَّ الله َ بَالِغُ أَمْرِه. قَدْ جَعَلَ الله ُ لِكُلِّ شَيئٍ قَدْ رًا.

Hadirin kaum Muslimin sidang jum'ah yang berbahagia
Belum dianggap orang beriman jika salah satu dari 6 pokok Iman diingkarinya. Ketentuan yang baik dan buruk seseorang adalah termasuk salah satu bagian dari enam pokok Iman yang harus diimani oleh orang Mukmin sempurna. Demikian pula menerima ketentuan illahi adalah merupakan realisasi dan cara kita beriman  kepada ketentuan tersebut.

Namun kitapun juga diwajibkan untuk berusaha, karena berusaha itupun adalah ketentuan (takdir) Allah juga. Suatu contoh: Ditengah-tengah perjalanan turun hujan sangat lebat, lantas menerima (menyerah) begitu saja sambil berkata didalan bahwa sudah menjadi ketentuan Tuhan, tanpa adanya mencari tempat yang teduh? Tidak pasti kita berusaha mencari  tempat yang teduh lari menghindari hujan yang sangat deras itu.  Yang berarti tempat teduh itupun adalah ketentuan illahi menghindari takdir hujan, lari menuju takdir teduh.

Demikian pula jika kita ditimpa musibah sakit atau lainnya terima takdir sakit dengan takdir penyembuhnya (berobat) terima takdir maksiat dengan takdir taubat dll., yang berarti telah berbuat sesuatu yang diwajibkan atau diridlai oleh Allah. Bahkan apabila kita biarkan takdir maksiat tanpa berusaha menghindarinya, maka berarti kita telah mengundang kemarahan  Allah.

Ketentuan Allah tentang rajin belajar, giat berusaha adalah suatu keuntungan di dunia,  dan ketentuan amal baik dengan hasil usahanya kebahagiaan di akhirat. Demikian pula sebaliknya malas berusaha dan enggan beramal baik adalah suatu kerugian di dunia dan akhirat, maka masuklah golongan orang-orang dimarahi dan dibenci oleh Allah.

Hadirin kaum Muslimin sidang Jum'ah yang berbahagia !
Ketika  kita melakukan usaha sampai pada titik maksimal ke¬kekuatan kita sebagai manusia, maka pada titik itulah kita bertawakal menyerahkan sepenuhnya dan menerima ketentuan ilahi.
Firman Allah :
وَيَرْ قْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ َيحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلىَ اَللهِ فَهُوَحَسْبُهُ إِنَّ الله بَلِغِ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ الله ُلِكُلِّ شَىْ ءٍ قَدْ رًا ÇÌÈ
Artinya:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Ath-Thalaq: 3)


Sebagai mukmin sempurna, kita harus menerima ketentuan illahi (berserah diri dan bertawakkal), sesudah berusaha mencapai titik (batas) kemampuan akhir kita  sebagai manusia biasa. Tidak boleh membiarkan ketentuan yang menimpa pada kita atau berserah diri sebelum adanya takdir usaha atau sebelum kita berusaha sampai pada titik (batas) kemampuan yang ada pada kita sebagai manusia biasa.

Dalam hal ini, pernah terjadi seorang shahabat mendapat teguran dari Rasulullah saw. karena ia membiarkan untanya dihalaman rumah tanpa diikat lebih dahulu. Alkisah, ketika ia data kepada Nabi, beliau bertanya: Naik apa engkau datang kemari? Jawabnya: Naik unta! Kata Nabi: Dimana unta itu sekarang jawabnya: Unta itu dibiarkan di halaman dan saya telah berserah diri sepenuhnya kepada Allah (ketentuan-Nya), jika hilang, itu adalah ketentuan Allah yang harus diterima, dan jika masih ada berarti pula itu ketentuan-Nya pula. Maka kata Nabi: Ikatlah dulu untamu itu, baru kemudian engkau menyerahkan diri. sepenuhnya kepada ketentuan Allah.

Hadirin jama'ah Jum'ah yang berbahagia!
Dengan dasar hadits tersebut diataslah, kita sebagai umat islam yang sepenuhnya beriman kepada ketentuan dan wajib menerima ketentuan illahi itu, sesudah kita berusaha (menerima takdir usaha) sampai titik (batas) kemampuan yang ada pada diri kita masing-masing. Termasuk usaha yang tidak boleh ditinggalkan yaitu berdo'a, sebab do'a pun juga termasuk takdir usaha batiniyah. Tidak jarang manusia gagal dalam meraih apa yang menjadi cita-cita hanya karena tidak mau usaha lahiriyah dibarengi dengan usaha  batiniyah (berdo'a).

Akhirnya, marilah kita memohon taufik dan hidayah Allah! agar kita dapat melaksanakan dan menerima segala ketentuan illahi dengan hati ikhlas tanpa adanya perasaan dongkol, marah atau benci kepada Allah yang telah menentukan semuanya itu (baik dan buruknya ketentuan).

جَعَلَنَا الله ُ وَاِيَّا كُمْ مِنَ اْلفَائِزِيْنَ الأَ مِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ  فِى   زُمْرَةِاْلمُوَ حِّدِيْنَ أَقُولُ قَوْ لىِ هذَاوَاَسْتَغْفِرُ الله َ اْلعَظِيْمَ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اَلمْسَئلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْ مِنِيْنَ وَاْ لمُؤْ مِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُ وُه إِ نَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

No comments:

Post a Comment