Sunday 15 December 2013

Kisah nyata perkawinan seorang manusia dengan peri

        Joko tamat dari MTSn  Mukomuko tahun 2002  dua tahun yang lalu. Untuk mengisi hari-harinya dia sering pergi memancing ikan di sungai Air Manjunto seorang diri. Sore itu dia memancing ikan dengan asyiknya hingga  lupa bahwa hari hampir larut malam. Ikan tangkapannya pun sudah banyak, dia sangat terkejut dengan hasil pancingannya yang terakhir, seekor ikan pelus sebesar lengan manusia dengan sisiknya berwarna putih. Dia pun buruh-buruh cepat pulang ke rumahnya. Dengan bersiul-siul Joko berjalan menuju rumahnya, seperti habis ketemu sang pacar, dia senyum-senyum sendiri dan sekali-kali dia meloncat kegirangan seperti habis menang dari permainan taruhan.
      Tiba di rumah, ikan dipandanginya lagi, dan ditaruh di sebuah bak plastik belakang rumahnya. Setiap hari Joko mencari sayur dan memberi nasi untuk umpan  ikan pelusnya yang cantik dan unik itu.
      Tiga hari kemudian jam 10 malam ketika sedang tidur Joko terbangun dari tidurnya. Muncul seorang wanita cantik dihadapannya berada di dalam kamarnya. Joko heran padahal kamarnya terkunci dari dalam, dari mana dia bisa masuk?”,pikir Joko terheran-heran.  Wajahnya yang cantik rupawan, membuat Joko takjub dan tak berhenti berkedip memandangnya,  wanita itu pun memperkenalkan dirinya.
    “Nama saya Selendang Putri”, kata wanita itu menatap Joko yang tersipu malu. Joko terpanah melihat kecantikkan  makhluk ciptaan Tuhan itu yang begitu ramah dan tersenyum manis menggoda dirinya. Wajahnya memang sangat rupawan, siapa pun melihatnya tidak mengingkari  keelokkannya. Terjadilah perbincangan antara dua  makhluk ciptaan Tuhan di kamar itu. Hari sudah larut malam, wanita itu juga mohon diri minta diantar pulang ke rumahnya.
    “Antarkan aku pulang mas!” suaranya yang lirih, membuat Joko terhenyak dan menuruti saja apa perintahnya. Joko pun bergegas membuka pintu kamarnya dan berjalan keluar mengikuti wanita itu berjalan menuju pulang.
    “Ini rumahku” kata wanita itu menunjukki bak plastik yang dia isi dengan ikan di belakang rumahnya. Joko pun terheran, bukankah ini tempat dia menaruh ikan Pelusnya yang berwarna putih itu? Tapi Joko tidak begitu  banyak berpikir lagi, karena berada saat berdua dengan wanita paling cantik di dunia ini membuat dia lupa segalanya, dunia seperti miliknya, denyut nadinya berdetak dengan sangat kencang dan beriramakan nada-nada cinta dan Joko pun tidak ingin keluar dari  moment hidupnya  yang penuh bunga-bunga cinta itu.
    Selama siang dan malam Joko sering berkurung di kamarnya  dengan ditemani wanita cantik pujaannya. Kecantikan wajah  Selendang Putri telah melarutkan hari-hari Joko. Senyum dibibirnya yang  merah dan sekali-kali dia menjulurkan lidahnya yang berwarna merah jambu itu, membuat jantung Joko tidak beraturan. Kulit putih yang membalut tubuhnya yang molek, benar-benar membuat Joko menjadi gila dimabuk cinta!
       Perjalinan cinta antara Joko dan Selendang Putri berjalan mulus tanpa rintangan. Suatu ketika wanita itu mengajukan  usul agar mereka cepat menikah, Joko pun segera  mengabulkan  permintaan belahan hatinya itu. Perkawinan pun berlangsung  tujuh hari tujuh malam di rumah  Selendang Putri. Beberapa bulan  kemudian, wanita itu melahirkan  seorang anak laki-laki.  Setelah melahirkan, dua bulan kemudian Selendang Putri pun hamil lagi.
       Orang tua Joko sangat sibuk mencari uang sehingga kurang perhatian dengan anaknya. Tapi suatu hari mereka memperhatikan tingkah laku si Joko yang tidak pernah menyentuh makanan sedikitpun yang berada di atas meja dan tidak pernah  mengambil air minum selama dua minggu,  tapi yang herannya Joko tidak  terserang penyakit. Akhirnya menimbulkan kecurigaan dan pertanyaan di hati  kedua orang tuanya.  Oleh orang tuanya cepat mencari  orang pintar untuk menjawab tingkah laku yang ganjil pada anaknya. Akhirnya Joko dibawa untuk menemui orang pintar yang berada di Bengkulu.
      Malam Jumat Joko bersama kedua orang tuanya sudah berada di rumah  Pak De,  seorang ketua  tenaga dalam Satria Buana  di Bengkulu. Joko pun bercerita kisah percintaan dan perkawinannya dengan seorang wanita yang bernama Selendang Putri. Akhirnya Joko diterapi oleh Pak De dengan menggunakan tenaga dalam. Akhirnya pak De menemukan sebuah fenomena bahwa telah terjadilah kisah cinta antara dua makhluk yang berlainan  alam. Ternyata wanita yang bernama Selendang Putri itu adalah seorang Peri,  selama ini Joko tidak pernah menyadari bahwa dia telah  menikah dengan seekor ikan Pelus berwarna putih hasil tangkapannya itu yang telah berubah wujud menjadi seorang Peri.
      Tak seorang pun yang bisa melihat  kehadiran dan keberadaan Selendang Putri di antara mereka, maupun pak De,  hanya Joko lah   yang mampu melihatnya dengan di buka mata gaib oleh sang Peri. Akhirnya Pak De  mengajukan usul untuk menceraikan mereka berdua, agar Joko kembali normal.  Joko dan Selendang Putri menangis karena tidak ingin dipisahkan. Dengan ilmu tenaga dalam pak De, akhirnya  dapat memisahkan  dua makhluk yang sedang dimabuk cinta itu. Joko hanya dapat melihat Selendang Putri  terbang ke angkasa, dan Joko pun pingsan tak sadari diri. Saat itu jam sudah menunjukkan jam 4.00 malam, hampir menjelang Subuh.
     Joko terbangun ketika dirinya sadar, tanpa malu dia berbicara kalo dia sangat lapar. Sudah 2 minggu tidak makan suatu hal yang mustahil bagi manusia yang hidup. Orang tuanya pun sangat senang melihat Joko sudah normal dan sadar  cepat memberi  makanan kepada anaknya yang tak berdaya itu. Pak De pun dengan sangat senang sekali bisa membantu Joko yang kembali ke kehidupan dunia  nyata dan dibisiknya Joko dengan  beberapa nasehat.
    “Kamu jangan meninggalkan sholat, harus selalu ingat dan menjalankan perintah Allah. Sekali saja kita melalaikan dan melupakan Tuhan, Jin akan terus menganggu manusia. Lihatlah banyak sekali manusia berprilaku seperti  setan dan jin di dunia ini, karena dia tidak pernah  mengingat-Nya. Semakin kita lupa dan lalai di jalan-Nya, manusia akan berprilaku seperti setan dan kesetanan!.
     Keesokan harinya Joko dan kedua orang tuanya permisi pamit untuk kembali pulang ke kampungnya. Dengan mengucapkan terima kasih yang sangat dalam kepada pak De, orang tuanya pun pamit. Di perjalanan pulang, orang tuanya masih berpikir dengan musibah yang telah terjadi pada anaknya. Mereka pun menyadari bahwa manusia jangan terlalu larut untuk mencari uang  di dunia ini, hingga lupa beribadah. Karena tanpa mengingat dan menjalankan perintah-Nya, kita manusia akan tersesat berada di dunia ini. 

No comments:

Post a Comment